Aku mau cerita ni. Soal kuliah
tadi. Tau gak kalo hari ini hari Selasa? *“aku yakin nenek-nenek salto pun tau
ini hari Selasa”.
Oke jadi gini. Hari ini. Ada dua
mata kuliah super. Yap! Super membosankan dan super lama. Yang pertama, namanya
PTHI (Pengantar Tata Hukum Indonesia) dengan empat SKS! EMPAT! EMPAT! Ya EMPAT!
Start dari jam setengah delapan pagi sampek jam sebelas dengan jeda sepuluh menit. *
Oke, balik ke mata kuliah. Tapi sebenarnya, cerita klimaks nya bukan disini. Tapi dimata kuliah kedua. Hukum Pidana. Nah, kalo yang ini wajar tiga SKS. Mata kuliah penting. Tapi bagiku, PTHI itu sama pentingnya kok dengan Hukum Pidana ini. Cuma tadi diatas agak-agak mendramatir sikit. Ya kan gak papa. Lagian ini tulisan aku kok. *Mau ngajak ribut?
Nah tadi hukum pidana start dari jam satu siang sampek jam lima mungkin ya. Karena hari ini kan pertemuan terakhir. Jadi semua makalah yang belum presentase musti di babat habis hari ini juga. At least, walaupun berdamai-damai dengan rasa ngantuk, harga itu terbayar juga. KISI-KISI UJIAN AKHIR SEMESTER di berikan juga. Emang lah. Pak Adi Mansar ini baik bangeeett. Tau aja keluhan mahasiswa-mahasiswa nya.
Namun setelah kisi-kisi, ada tambahan penting dari beliau. Kalo aku sebut sih, kuliah super di detik-detik terakhir. Loh? Kok detik-detik terakhir? Iya. Karena minggu depan kami udah UAS. Setelah itu, sayonara semester dua.
Tadi Pak Adi sempat memberikan kami motivasi untuk tetap berjuang terhadap apa yang sudah kita mulai. Itung-itung untuk menggugah pikiran kami katanya. Dan disinilah aku menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini yang udah ngebuat aku mirip orang gilak yang belum mandi setaun. *nyesek banget disamain sama orang gilak.
“Orang-orang hukum ini special. Sangat special. Mereka punya empat kemampuan pokok. Berbicara, menganalisa, menulis, dan yang terakhir mampu menyampaikan pendapat dengan bahasa yang mudah diterima. Trus, apa lagi yang menjadi keistimewaan orang-orang hukum? Jaman sekarang, teller di Bank itu siapa? Coba deh riset ke Bank-bank. Banyak yang SE atau SH? Orang-orang hukum bisa diterima dimana saja. Jadi pengacara, hakim, jaksa, polisi, dosen, staf ahli, anggota dewan, pejabat Negara, dan banyak lagi.*tapi mungkin dokter kagak bisa kali ya.
Nah, coba sebaliknya? Apakah seorang yang bergelar Sarjana Ekonomi bisa jadi pengacara? Kalo bisa diistilahkan, orang-orang hukum ini sebagai penjajah profesi. Dia bisa menjajah banyak profesi. Tapi orang lain gak bisa menjajah profesinya.
Ada teman saya yang SH juga, dia bilang di nyesal jadi SH. Jadi sebenarnya begini, didunia ini sekarang lagi tidak melihat dia lulusan dimana, dan membawa Sarjana apa. Tapi yang dilihat sekarang adalah kualitas seseorang dalam pencapaian profesi tetap. Ketika kita punya kualitas, maka bukan kita yang mencari profesi itu. Tapi profesi itu lah yang mencari kita. Orang-orang akan mencari kita. Uang yang akan mencari kita. Saya berharap, kalian tidak menyesal demikian. Karena kalau kita serius dalam menggali ilmu, jangankan Negara duniapun bisa kita genggam.*lebay.
Banyak orang bilang, orang-orang hukum kerjanya nya kerja haram. Menipulah, korupsi lah, ini itu lah. Saya berpikir tidak demikian. Sebenarnya, pekerjaan halal dari orang-orang hukum ini banyak. Bahkan menggunung. Contohnya begini. Seorang yang tak kamu kenal, tiba-tiba minta bantuan kamu untuk membuat beberapa lembar keperdataan. Nah, ketika kita menyiapkan lembaran-lembaran itu dengan tepat waktu dengan hasil yang “wah”, maka klien kita akan merasa kita adalah orang-orang yang dapat diandalkan. Lalu dia minta nomor rekening kita, dan keesokan harinya ketika kita mengecek saldo, maka ada nominal yang gak bisa kita percaya masuk ke saldo kita. Lalu di lain hari, ketika klien ini ingin meminta bantuan kita untuk yang kesekian kalinya (atau bisa di bilang candu sama kualitas kita) maka ada harga yang harus dibayar.
Begitu lah seharusnya teknik orang-orang hukum. Ketika orang-orang kecanduan terhadap kualitas kerja anda, maka saat itu lah kita berikan harga untuk itu. Saya yakin, berapapun angka yang anda minta, pasti dipenuhi. Jadi kenapa harus mencari yang haram sementara yang halal sudah menggunung? Semua itu tergantung manusia itu sendiri dan bagaimana dia merasa cukup dan tidak mengikuti keserakahannya itu.”
Begitulah kira-kira cerita Pak
Adi Mansar dengan sedikit tambahan dari aku.*kolaborasi antara Master hukum dengan
calon sarjana hukum.
Tentu saja setelah mendengar cerita beliau semangatku untuk meneruskan kuliah ini semakin menjadi-jadi. Setelah mendengar itu, niat ku untuk tanding ulang dengan SNMPTN pupus sudah. Walaupun aku berada dibawah bimbingan swasta, bukan berarti aku tak bisa menunjukkan kualitas yang aku punya. Aku yakin, aku bisa sukses tanpa harus jadi alumni negeri. Yah walaupun rasa menyesalku yang udah nolak bangku Unsyiah yang lulus jalur undangan tahun lalu, namun tekadku disini sudah bulat. Dan semakin membulat. Rezeki itu Tuhan yang mengatur. Rahasia Ilahi takkan bisa ditebak dengan kepintaran manusia sekalipun. So, buat kamu yang udah mulai putus asa, tetap lah berusaha. Karena Tuhan tak melihat apa yang menjadi hasil, tapi Tuhan selalu menilai proses bagaimana kita tetap teguh dengan memperjuangkan apa yang sudah kita mulai. Dan harusnya apa yang sudah kita mulai diakhiri dengan kebahagiaan. Untuk kita, dan orang-orang terpenting dalam hidup kita.
Jangan jadikan uang sebagai akhir dari kebahagiaan. Tapi jadikan uang
itu sebagai instrument untuk mencapai kebahagiaan yang sebenarnya (kutipan
Pak Zainuddin).
#sekedar info gak penting, Pak
Adi Mansar dan juga Pak Zainuddin, beliau adalah orang yang paling kukagumi
semenjak duduk di bangku semester dua ini. Semuanya! Cara berbicara, cara
meyampaikan materi, gaya bahasa yang beliau gunakan, ketegasan dalam berbicara
dan bertindak. Pokoknya, semua deh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar